“Saya hanya seorang ibu rumah tangga, Om.” Pengakuan itu meluncur dengan ringan dari beberapa keponakan ketika saya menghadiri reuni keluarga besar dari pihak isteri saya. Seperti biasa dalam acara kumpul-kumpul seperti itu kami saling memperkenalkan diri. Selain memberi tahu nama dan domisili masing-masing kadang ada yang menanyakan pekerjaannya. Mendengar jawaban keponakan di atas saya menjawab: “Jangan menganggap enteng dengan jabatan ibu rumah tangga loch. Tugas kalian seabreg dan semuanya penting. Selain sebagai isteri seorang wanita juga sebagai ibu, guru, sahabat, chef, motivator, mediator, model, dan sosok teladan bagi anak-anaknya. Tak heran jika ada yang mengatakan bahwa ibu adalah madrasah pertama bagi anak-anak. Wanita juga seorang pemimpin yang kelak akan dimintai pertanggungjawabannya. Tanpa ibu rumah tangga yang mumpuni sebuah keluarga bisa kacau balau.” Keponakan saya mengangguk-angguk.
Suatu pelajaran berharga saya peroleh ketika saya menonton acara bertajuk I’m Possible’ yang ditayangkan di Metro TV. Acara ini dipandu oleh Merry Riana, seorang wanita cantik penulis buku Mimpi Sejuta Dollar. Merry menyarankan agar kita memandang sesuatu dari sudut yang lain. Pada slide yang ditayangkan terdapat sebuah tulisan berbunyi IMPOSSIBLE. Lalu muncul kartun yang mendorong kata tersebut sehingga berubah menjadi I’M POSSIBLE. Inilah yang dikatakan Merry sebagai melihat sesuatu dari sudut yang berbeda. Hal yang tidak mungkin (Impossible) bisa kita ubah menjadi mungkin jika kita sendiri yakin bisa melakukannya. Kata I’M POSSIBLE mempunyai daya dorong yang luar biasa.
Ketika saya dan isteri mengunjungi ibu mertua di Cimahi adik ipar saya bilang. “Mas Cholik kan sudah berhasil membuat buku silsilah keluarga Eyang Darono. Sekarang buat donk buku silsilah untuk keluarga Eyang Mochamad Chasan.” Mendengar ucapan anaknya itu ibu mertua langsung menyahut: “Itu impossible. Dari 10 anak hanya tinggal saya yang masih hidup. Para cucunya juga tersebar ke mana-mana. Nak Cholik akan mengalami kesulitan mencari datanya.” Ucapan adik ipar dan ibu mertua saya anggap sebagai tantangan sekaligus peluang. Walaupun saya sudah purnawira dari dinas militer tetapi jiwa dan semangat juang saya masih utuh. Saya katakan kepada ibu mertua: ” Sepanjang ada nomor telepon dari anak-cucu Eyang Mochamad Chasan saya bisa membuat buku silsilah itu.” Dengan niat yang tulus, kerja keras, kesabaran, ketekunan, dan semangat pantang menyerah maka buku silsilah itu berhasil saya selesaikan dalam waktu 8 bulan. Ini juga berkat dukungan semua keluarga termasuk keluarga salah seorang cucu Eyang yang bermukim di Belanda. Buku itu mendapat sambutan hangat ketika saya luncurkan pada kesempatan reuni perdana keluarga Eyang Mochamad Chasan.
Bukan Impossible tetapi I’m possible yang membuat kita sukses
Kembali ke Merry Riana.
Wanita cantik itu juga memberikan kalimat sakti yang layak dipedomani.
“Sebaiknya jangan mengatakan ‘Saya hanya’ tetapi ubahlah menjadi ‘Justeru karena,” tutur Merry.
Yang belakangan itu lebih memberikan kesan optismistis sehingga kita tidak menjadi nglokro, apatis, pasrah, dan mudah menyerah. Dengan prinsip itu kita akan terdorong untuk melakukan mencari, menemukan, dan menerapkan cara yang terbaik sehingga cita-cita bisa terwujud.
Banyak orang yang merasa minder dengan keadaannya. “Saya hanya seorang pegawai kroco, karyawan rendahan, mau apalagi.” Tak heran jika dari hari ke hari dia hanya terjebak dalam kegiatan rutin dan tak mau mengupgrade diri. Dengan menyimak anjuran Merry Riana di atas tidakkah lebih bagus jika mereka berkata:” Justeru karena saya karyawan rendahan maka saya akan terus belajar dan berlatih agar saya bisa memberikan kontribusi yang lebih besar kepada perusahaan ini .” Wow, keren bukan. Ada semangat dan kegairahan untuk terus maju.
merry riana
Saya memang seorang pensiunan dan juga sudah diberi label lansia. Tetapi saya tak mau berkata: “Saya hanya seorang pensiunan tur sudah lansia juga. Gini-gini saja deh, santai sambil momong cucu.” No, saya harus terus berpikir dan begerak.
Saya tak mau menyia-nyiakan nikmat Tuhan yang tiada tara ini. Itulah sebabnya saya memanfaatkan waktu luang untuk ngeblog dan menulis buku. Ini bukan untuk gaya-gayaan, keren-kerenan, atau agar saya menjadi terkenal. Ini merupakan salah satu bentuk ibadah karena Tuhan tidak menciptakan jin dan manusia kecuali untuk ibadah. Dengan ngeblog dan menulis buku saya bisa berbagi ilmu dan pengalaman, seberapapun besarnya. Dengan ngeblog dan menulis buku hidup saya juga semakin berwarna-warni. Dengan mantap saya akan berkata:”
Justeru karena saya seorang pensiunan maka saya mempunyai lebih banyak kesempatan untuk meningkatkan kualitas hidup saya, baik untuk dunia maupun akhirat.”
Peran wanita tak tergantikan. Sebagai wanita karir atau ibu rumah tangga tak ada masalah. So jangan katakan lagi :” Saya hanya ibu rumah tangga,” tetapi ucapkan dengan nada optimis:” Justeru karena saya seorang ibu rumah tangga saya mempunyai waktu yang banyak untuk mengasuh, mengasah, dan mengasihi anak-anak saya agar mereka menjadi sebaik-baik manusia yaitu yang bermanfaat bagi manusia yang lainnya.” Deal?
- Inilah Cara Meningkatkan Trombosit Darah - August 30, 2016
- Jangan Takut Mati! - August 5, 2016
- Mengangkat Derajat Nasi Kotak - August 2, 2016