Hal utama dalam fotografi adalah pentingnya memiliki pengetahuan menghasilkan gambar serta mempromosikan dan mengkomunikasikan produk melalui foto secara kreatif.
Smesco Digipreneur Day kembali digelar pada 27 Agustus 2016 di Galeri Indonesia Wow, Smesco. Kali ini mengangkat tema “Photo Product Coaching, How to Make Great Product Images for Sell” yang dipandu fotografer kawakan Ferry Ardianto dan Boni Febrianda. Acara yang terdiri dari dua sesi yakni teori dilanjutkan praktik dan simulasi tersebut diikuti 40 peserta yang berasal dari digitalpreneur dan pelaku UKM. Peserta dipandu membuat foto yang menarik dengan penekanan pada toko online dan e-commerce yang sedang berkembang di Indonesia.
Di tempat terpisah diadakan Doodle Coaching for UKM Product dengan pemandu Tanti Amelia dan Winda Krisnadefa. Mereka adalah blogger yang berkolaborasi membuat karya seni yang diaplikasikan pada produk sehari-hari. Tanti dikenal pula sebagai ilustrator buku anak selain fokus pada doodling. Sementara Winda yang terkenal dengan julukan Emak Gaoel fokus pada lettering. “Tanti ini guru saya,” kata Winda di hadapan para peserta.
Direktur Utama LLP KUKM Ahmad Zabadi sangat mengapresiasi keterlibatan netizen, fotografer, dan pegiat media sosial dalam acara Smesco Digipreneur Day. Hal tersebut merupakan salah satu upaya membuat UKM lebih kreatif dan inovatif. Sebab karya mereka akan diabadikan dan dipromosikan di dunia maya, saluran yang lebih luas dari sekadar pemasaran biasa. Melalui kegiatan ini, Zabadi berpesan kepada masyarakat, mari berkunjung ke Smesco, banyak produk karya anak bangsa yang bagus dan berkualitas.
Ferry membuka pemaparannya dengan menceritakan pengalamannya sejak 1984 di bidang fotografi komersial. Tujuan fotografi komersial adalah berpromosi, membantu produsen mengkomunikasikan barangnya kepada konsumen. Ferry sering dilibatkan dalam kegiatan Smesco, salah satunya membina UKM untuk melakukan promosi sendiri. Bagaimana kita menarik perhatian orang tidak hanya melalui kata-kata, juga gambar. Bagaimana membuat foto produk yang berkualitas. Terlebih saat ini perkembangan fotografi sangat cepat, semuanya serba mudah. “Orangtua mahasiswa sering bertanya ke saya apa sulitnya belajar foto apalagi sekarang peralatan sudah modern. Ada dua sarana yang bisa digunakan untuk belajar fotografi, yaitu kursus dalam tempo bulanan atau kuliah. Hasilnya pasti berbeda,” ujar Ferry yang mengajar di Universitas Trisakti dan Universitas Pasundan.
Persaingan di dunia maya ketat sekali. Setiap orang punya website hingga blog. Semua sarana berpromosi digunakan. Bagaimana kita bisa bersaing sehingga orang tertarik dengan apa yang kita jual? Ferry mengawali dengan pemahaman tujuan memotret. Banyak hal bisa dilakukan dengan kamera, antara lain membuat dokumentasi, menggiring berita (dalam profesi jurnalistik), cerita perjalanan, sampai berpromosi. Apa yang tidak butuh promosi? Semua butuh promosi, barang hingga jasa. Mobil bermerk saja melakukan promosi, apalagi kita. Untuk apa berpromosi? Pertama, memperkenalkan. Ferry mencontohkan dirinya saat memulai profesi sebagai fotografer tahun 1980-an. Ia memperkenalkan keahlian memotret dengan mencetak foto di studio sekalipun tidak ada pesanan dan membuat portofolio. Apalagi saat itu belum ada dunia maya. “Sama dengan UKM, harus buat dummy untuk diperkenalkan ke orang. Apapun yang kita jual dipromosikan, kalau tidak orang tidak kenal kita,” kata Ferry, pendiri studio foto Infinity yang menangani pemotretan iklan produk seperti Unilever dan Indofood.
Kedua, berpromosi, yakni menginformasikan apa yang dijual. Selain gambar harus bagus, informasi lengkap mengenai produk yang dijual, misalnya produk dibuat dari apa, proses, sampai ukuran. Ketiga, membujuk orang. Ferry mengisahkan ketika awal menjadi fotografer portofolio yang dibuatnya ditunjukkan ke orang lain untuk membujuk mereka menggunakan jasanya. Keempat, membangun loyalitas. Tentunya kita ingin klien atau konsumen loyal pada produk atau jasa kita. Bagaimana berpromosi? Dahulu Ferry harus mencetak foto sampai membuat album foto. Kini banyak sarana yang bisa dimanfaatkan, salah satunya media sosial. Kalau hanya tulisan orang tidak bisa membayangkan barangnya seperti apa.
Memotretnya pakai apa? Ada banyak sarana untuk membuat gambar, yakni kamera Digital Single Lens Reflex (DSLR) yang punya fasilitas lengkap serta biasa dipakai di studio untuk memotret kebutuhan komersial seperti billboad atau poster, kamera pocket, kamera mirrorless yang lebih kecil dan ringan tapi menjanjikan image yang sama seperti DSLR, dan kamera handphone dengan kualitas gambar yang bergantung pada sensor.
Imajinasi
Apa yang diperlukan selama memotret? Cahaya atau lighting. Kita diberi kebebasan memilih tipe kamera. Namun selama tidak ada cahaya kita tidak bisa melakukan apapun. Bagi Ferry, fotografi tidak bisa dipisahkan dari lighting. Lighting itu yang menentukan kualitas gambar, informasi, hingga bentuk. Apa yang diperhatikan dari cahaya? Saat memotret perhatikan pertama, sumber cahaya. Entah pakai lampu pijar, flash (cahaya lampu kilat), atau matahari. Kedua, kualitas. Saat memotret di luar ruangan, apakah matahari terik atau matahari tertutup awan. Jadi kita bisa membayangkan hasilnya.
Ketiga, arah. Memotret di luar ruangan pada pagi, siang, dan sore dengan posisi matahari yang berubah maka berubah pula informasi yang diperoleh dari gambar itu. Di studio arah cahaya bisa diatur, dari depan, samping, belakang dengan memindahkan lampunya. Ada bermacam-macam sarana yang bisa dipakai untuk meniru matahari. Beda dengan di outdoor, harus menunggu. Misalnya, sinar matahari dari samping kita tunggu sore atau sinarnya dari atas kita tunggu jam 1 siang. Karena masing-masing arah memberikan efek yang berbeda. Efek yang berbeda akan memberikan informasi yang berbeda. Flash membutuhkan effort lebih karena harus beli lampu yang relatif mahal. “Kita bisa menggunakan lampu pijar atau lampu baca, apapun yang bisa menghasilkan cahaya,” tutur Ferry, lulusan jurusan Ekonomi Universitas Padjajaran
Peserta doodle coaching serius menyimak penjelasan pemateri
Apa yang diperhatikan dari kamera? Setting untuk menghasilkan data yang akurat, diafragma, speed (kecepatan lensa membuka atau menutup), hingga ISO (kepekaan dari sensor). Hal-hal tersebut harus diset supaya sinkron dan data akurat untuk menghasilkan gambar yang baik. Apa yang harus diperhatikan saat memotret? Letakkan produk di meja, rancang komposisinya (berimajinasi hasil yang diinginkan), tentukan arahnya (mau memotret dari depan, samping, atau bawah untuk menciptakan efek dari gambar yang dihasilkan), dan informasinya (apa yang ingin diperlihatkan).
Apa yang dibutuhkan saat memotret? Imajinasi, membayangkan gambar yang ingin dihasilkan. Orang tidak memuji kamera yang dipakai, melainkan imajinasi. Saat belajar fotografi secara otodidak, Ferry ingin mengetahui bagaimana orang memotret sendok. Maka ia harus punya wawasan dan banyak melihat foto. Sama halnya jika ingin jadi penulis harus banyak membaca atau mau jadi sutradara harus sering nonton. Asah terus wawasan sehingga kita punya tabungan referensi yang banyak untuk berkarya. “Rekan-rekan harus melatih imajinasi,” tutur Ferry yang pernah menggelar “Lapas” dan “Black&White” dalam Pameran Asosiasi Profesi Fotografi Indonesia pada 2000.
Boni melanjutkan pembahasan dengan mengetengahkan hobinya belanja online. Sejak 2006 ia berhenti membeli di toko. Dari semua yang Boni pakai hanya 10% yang dibeli di toko, rata-rata online. Alasannya, lebih simple dan banyak option. Tahun 2007 Boni membuka toko di eBay. Toko yang sempat mendapat penghargaan bronze dari eBay tersebut tutup pada 2009 karena regulasi. Berbelanja di offline seperti supermarket, keuntungannya adalah jika tidak mengerti bisa tanya ke petugas, ada yang melayani on the spot, kebingungan teratasi secara spontan karena mendapat informasi langsung, bisa tanya jawab, sampai mencoba tester.
Bagaimana memindahkan semua pengalaman tersebut ke online? Order dan trust. Apakah barang ini sampai? Apakah persis seperti di gambar? Itu yang sering jadi masalah saat belanja online. Sementara repeat customer itu yang diinginkan. Maka sinkronisasi gambar dan keterangan itu sangat penting karena saling berhubungan dan mendukung. Keraguan mempengaruhi decision making dalam berjualan online. Pembeli harus yakin seyakin-yakinnya. Dalam berjualan online jangan sampai customer bertanya. Ia harus puas dengan apa yang dilihat, dengan sadar dan kemauan sendiri memberikan keputusan membeli produk tersebut. “Sehingga ke depan hati kita aman dalam arti pembeli tidak akan complain,” kata Boni yang memotret sejak SMA.
Kita sebagai pembuat harus mengetahui identifikasi produk. Produk kebanyakan berawal dari selera pembuat. Market tidak tahu. Mereka hanya tahu ada produk yang available. Boni mengisahkan saat berjualan online ia memberitahu ada cacat produk. Memang produk sulit terjual. Namun pembeli menerima apa adanya, menerima kejujuran penjual. Akhirnya penjual tidak dicomplain dan direkomendasikan dari mulut ke mulut oleh pembeli. Selalu menempatkan diri sebagai consumer. Boni memberi tips saat memotret produk, background putih itu enak dilihat dan lebih mudah set upnya, bisa di mana saja. “Saya sejujur mungkin sebagai penjual menampilkan barang apa adanya. Di online itu perlu ada kesamaan persepsi antara penjual dan pembeli. Tak perlu terlalu complicated, yang penting pesan sampai dan jelas. Semakin less question dari mereka artinya sudah bagus,” ujar Boni yang telah bekerja sama dengan Nike Indonesia, Union Group, Adhikarya, Chef Degan, Australian Fashion Week, dan Wonderful Indonesia.
Peserta photo product coaching fokus memotret produk sepatu dan tas unggulan Smesco
Konsep sangat erat kaitannya dengan produsen. Konsep itu meliputi harga, dijual di mana, visual yang akan menarik perhatian orang untuk minimal mencobanya, hingga memikat selera. Maka konsep harus dipikirkan produsen. Pembeli saat mencari barang di website, hal pertama yang dilihat adalah gambar. Kalau gambar itu menarik atau menggugah selera, pasti dicoba. Kita harus selalu berasumsi orang tidak tahu. Kita memberitahu dia karena kita yang punya produk dan mengetahui manfaat serta pengolahannya. Semakin banyak informasi yang kita sampaikan itu semakin baik. Banyaknya gambar itu bagus sejauh memiliki informasi yang penting dan berlainan. Semakin banyak foto informatif dan berbeda itu bagus. “Kalau foto itu repetitif, membosankan,” tutur Boni yang menyelesaikan Advance Diploma Photograph di KVB, Sydney, Australia tahun 2003.
Cara mempercepat menghasilkan gambar yang sesuai ekspektasi adalah sering memotret untuk menambah jam terbang. Kita perlu tahu latar belakang dari produk yang akan dipotret sehingga karakter produk sesuai dengan konsep. Karakter erat kaitannya dengan konsep. Di fotografi unsur warna sangat mempengaruhi orang. Maka dalam foto kuliner ada warna merah atau kuning karena diyakini sebagai warna yang menggugah selera. Fotografi saat ini menyediakan berbagai macam fasilitas untuk menghasilkan gambar yang mempengaruhi mindset seseorang. Kemajuan teknologi fotografi di satu sisi membuat semakin banyak orang menyukai fotografi dan semakin mudah mempelajari fotografi. Di sisi lain apresiasi orang terhadap fotografi menurun. Apalagi belakangan ada aplikasi yang bisa membantu edit foto menjadi unik. “Apresiasi ditujukan kepada si pemotret atau pembuat aplikasi,” tutur Boni yang berguru fotografi pada Ferry tahun 1990-an.
Produk Indonesia dipasarkan di Galeri Indonesia Wow dan marketplace Smescotrade. Gedung tersebut diperuntukkan bagi UKM untuk menambah akses pasar. Mitra binaan Smesco selain mendapatkan pembinaan dan pengembangan, akses ke pameran baik di dalam maupun luar negeri serta berkesempatan menembus pasar internasional. Produk yang didisplay di Galeri Indonesia Wow, diantaranya tas dari pelepah pohon pisang yang dikombinasikan dengan batik dan kaus kaki dari serat bambu yang mengandung antibakterial alami sehingga menjadi solusi mengurangi bau yang kurang sedap karena mampu bertahan tiga minggu tidak dicuci. Produk tersebut sangat potensial untuk diekspor.
- 5 Cara Asyik Belanja Produk K-Link di K-Mart - February 22, 2019
- Kemnaker Siapkan SDM yang Siap Berkompetisi di Era Globalisasi - January 10, 2019
- Kiat Sukses Calais Tea, Brand Lokal yang Membanggakan - December 19, 2018